BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Belajar pada
hakikatnya merupakan proses perubahan di dalam kepribadian yang berupa
kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Perubahan ini bersifat menetap
dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau
pengalaman.
Sedangkan pembelajaran
pada hakikatnya adalah suatu proses interaksi antar anak dengan anak, anak
dengan sumber belajar dan anak dengan pendidik. Kegiatan pembelajaran ini akan
menjadi bermakna bagi anak jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan
memberikan rasa aman bagi anak. Proses pembelajaran yang sering terjadi
sekarang adalah proses belajar menghafal. Seorang guru akan menilai/memuji
seorang siswa apabila ia berhasil menghafal materi dengan baik, bukan dilihat
dari bagaimana tingkat pemahaman mereka dalam menyerap materi yang diajarkan.
Piaget membedakan
dua pengertian tentang belajar, yaitu (1) belajar dalam arti sempit dan (2)
belajar dalam arti luas (Ginsburg & Opper, 1988 dalam Suparno, 2001:140).
Belajar dalam arti sempit adalah belajar yang hanya menekankan perolehan
informasi baru dan pertambahan. Belajar ini disebut belajar figuratif, suatu
bentuk belajar yang pasif. Misalnya, seorang anak belajar nama-nama ibu kota
suatu negara atau menghafalkan nama-nama angka. Belajar dalam arti luas atau
disebut juga perkembangan, adalah belajar untuk memperoleh dan menemukan
struktur pemikiran yang lebih umum yang dapat digunakan pada bermacam-macam
situasi. Belajar ini disebut belajar operatif, yakni seseorang aktif
mengkonstruksi struktur pengetahuan yang dipelajari. Misalnya, dalam menghafal
ibu kota negara-negara, seorang anak juga mengerti hubungan antara kota itu
dengan negara.
Terkait dengan belajar hafalan (rote
learning) ini, Ausubel menyatakan: “…, if the learner’s intention is to
memorise it verbatim, i,e., as a series of arbitrarily related word, both the
learning process and the learning outcome must necessarily be rote and
meaningless”. Intinya, jika seorang anak berkeinginan untuk mengingat sesuatu
tanpa mengaitkan hal yang satu dengan hal yang lain maka baik proses maupun
hasil pembelajarannya dapat dinyatakan sebagai hafalan dan tidak akan bermakna
sama sekali baginya.
Contoh yang dapat dikemukakan tentang
belajar dari proses menghafal adalah siswa yang dapat mengingat dan menyatakan
rumus luas persegi panjang adalah L = p × l, namun ia tidak bisa menentukan
luas suatu persegi panjang karena ia tidak tahu arti lambang L, p, dan l.
Atas dasar pemikiran di atas dan dalam
rangka implementasi maka proses pembelajaran sangatlah penting khususnya untuk pelaksanaan
dasar yang dimulai sejak dini, dan mengharuskan seseorang anak untuk
mendapatkan banyak pemahaman dari berbagai hal.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di
atas, maka masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu:
- Apakah yang dimaksud dengan pembelajaran?
- Bagaimanakah prinsip-prinsip dari pembelajaran?
- Apakah yang dimaksud dengan metode dari pembelajaran?
- Apakah kelebihan dan kelemahan dari pembelajaran?
- Mengapa pembelajaran penting untuk diterapkan disetiap tingkatan pendidikan?
1.3.
Tujuan Penulisan
Dari uraian rumusan
masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah:
- Untuk mendeskripsikan pengertian pembelajaran.
- Untuk mendeskripsikan prisip-prinsip dari pembelajaran secara umum.
- Untuk menidentifikasi ciri-ciri dari pembelajaran.
- Untuk menidentifikasi kelebihan dan kelemahan dari sistem pembelajaran.
- Untuk menguraikan alasan pentingnya pembelajaran untuk diterapkan di tingkat pendidikan.
1.4. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari
penulisan makalah ini, yaitu:
- Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan mahasiswa dijenjang pendidikan & Pembelajaran.
- Dapat menunjang bahan mata kuliah pembelajaran.
- Dapat memberikan pengetahuan bagi pendidik.
1.5. Metode Pengumpulan Data
Data penulisan makalah ini diperoleh
dengan metode studi kepustakaan dan juga memperoleh data dari internet.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pembelajaran
Merupakan suatu sistem yang tersusun dari
unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang
saling mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran. Manusia yang
terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya,
misalnya tenaga laboratorium. Material yang meliputi buku-buku, papan tulis dan
kapur, fotografi, slide dan film, audio dan video tape, serta material lainnya.
Pembelajaran
merupakan proses pencapaian hasil belajar yang dilakukan dengan memberikan
materi ajar. Dalam pembelajaran terdapat strategi, metode, serta teknik.
Strategi pembelajaran itu sendiri merupakan rencana penggunaan metode. Metode
pembelajaran merupakan cara untuk membelajarkan materi pembelajaran. Sedangkan
yang teknik pembelajaran merupakan jalan, alat untuk mengarahkan kegiatan
peserta didik.
Sebenarnya
antara strategi, metode, dan teknik mempunyai arti yang hamper sama yaitu cara.
Metode Pembelajaran merupakan cara melakukan atau menyajikan, menguraikan,
memberi contoh, dan memberi latihan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai
tujuan tertentu.
Berikut ini
adalah pengertian dan definisi pembelajaran menurut beberapa ahli:
2.1.1. Knowles
Pembelajaran adalah cara pengorganisasian
peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.
2.1.2. Slavin
Pembelajaran
didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku individu yang disebabkan oleh
pengalaman.
2.1.3. Woolfolk
Pembelajaran
berlaku apabila sesuatu pengalaman secara relatifnya menghasilkan perubahan kekal dalam pengetahuan dan tingkah laku.
2.1.4. Crow & Crow
Pembelajaran
adalah pemerolehan tabiat, pengetahuan dan sikap.
2.1.5. Rahil Mahyuddin
Pembelajaran adalah
perubahan tingkah laku yang melibatkan ketrampilan kognitif yaitu penguasaan
ilmu dan perkembangan kemahiran intelek.
2.1.6. Achjar Chalil
Pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar.
2.1.7. Corey
Pembelajaran adalah
suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk
memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi
khusus.
2.1.8. G.A. Kimble
Pembelajaran
merupakan perubahan kekal secara relatif dalam keupayaan kelakuan akibat
latihan yang diperkukuh.
2.1.9. Munif Chatib
Pembelajaran adalah
proses transfer ilmu dua arah, antara guru sebagai pemberi informasi dan siswa
sebagai penerima informasi.
2.2.
Prinsip – Prinsip Pembelajaran
Prinsip-prinsip yang dimaksud dapat kita
jumpai dalam berbagai sumber kepustakaan psikologi. Namun untuk mudahnya, dalam
pembahasan ini akan dikemukakan prinsip-prinsip belajar yang diintisarikan oleh
Rothwal (1961) sebagai berikut:
2.2.1
Prinsip Kesiapan (Readiness)
Proses belajar dipengaruhi kesiapan
murid, yang dimaksud dengan kesiapan atau readiness ialah kondisi individu yang
memungkinkan ia dapat belajar. Berkenaan dengan hal itu terdapat berbagai macam
taraf kesiapan belajar untuk suatu tugas khusus. Seseorang siswa yang belum
siap untuk melaksanakan suatu tugas dalam belajar akan mengalami kesulitan atau
malah putus asa. Yang termasuk kesiapan ini ialah kematangan dan pertumbuhan
fisik, intelegensi latar belakang pengalaman, hasil belajar yang baku,
motivasi, persepsi dan faktor-faktor lain yang memungkinkan seseorang dapat
belajar.
Berdasarkan dengan prinsip kesiapan ini
dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut:
1. Seorang individu akan dapat belajar
dengan sebaik-baiknya bila tugas-tugas yang diberikan kepadanya erat
hubungannya dengan kemampuan, minat dan latar belakangnya.
2. Kesiapan untuk belajar harus dikaji
bahkan diduga. Hal ini mengandung arti bila seseorang guru ingin mendapat
gambaran kesiapan muridnya untuk mempelajari sesuatu, ia harus melakukan pengetesan
kesiapan.
3. Jika
seseorang individu kurang memiliki kesiapan untuk sesuatu tugas, kemudian tugas
itu seyogianya ditunda sampai dapat
dikembangkannya kesiapan itu atau guru sengaja menata tugas itu sesuai dengan
kesiapan siswa.
4. Kesiapan untuk belajar mencerminkan
jenis dan taraf kesiapan, misalnya dua orang siswa yang memiliki kecerdasan
yang sama mungkin amat berbeda dalam pola kemampuan mentalnya.
5. Bahan-bahan,
kegiatan dan tugas seyogianya divariasikan sesuai dengan faktor kesiapan
kognitif, afektif dan psikomotor dari berbagai individu.
2.2.2.
Prinsip Motivasi (Motivation)
Tujuan dalam belajar diperlukan untuk
suatu proses yang terarah. Motivasi adalah suatu kondisi dari pelajar untuk
memprakarsai kegiatan, mengatur arah kegiatan itu dan memelihara kesungguhan.
Secara alami anak-anak selalu ingin tahu dan melakukan kegiatan penjajagan
dalam lingkungannya. Rasa ingin tahu ini seyogianya didorong dan bukan dihambat
dengan memberikan aturan yang sama untuk semua anak. Berkenaan dengan motivasi
ini ada beberapa prinsip yang seyogianya kita perhatikan.
Individu bukan hanya didorong oleh
kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan biologi, soaial dan emosional. Tetapi
disamping itu ia dapat diberi dorongan untuk mencapai sesuatu yang lebih dari
yang dimiliki saat ini.
Pengetahuan tentang kemajuan yang dicapai
dalam memenuhi tujuan mendorong terjadinya peningkatan usaha. Pengalaman
tentang kegagalan yang tidak merusak citra diri siswa dapat memperkuat
kemampuan memelihara kesungguhannya dalam belajar.
Dorongan yang mengatur perilaku tidak
selalu jelas bagi para siswa. Contohnya seorang murid yang mengharapkan bantuan
dari gurunya bisa berubah lebih dari itu, karena kebutuhan emosi terpenuhi
daripada karena keinginan untuk mencapai seauatu.
Motivasi dipengaruhi oleh unsur-unsur
kepribadian seperti rasa rendah diri, atau keyakinan diri. Seorang anak yang
temasuk pandai atau kurang juga bisa menghadapi masalah.
Rasa aman dan keberhasilan dalam mencapai
tujuan cenderung meningkatkan motivasi belajar. Kegagalan dapat meningkatkan
atau menurunkan motivasi tergantung pada berbagai faktor. Tidak bisa setiap
siswa diberi dorongan yang sama untuk melakukan sesuatu. Motivasi bertambah
bila para pelajar memiliki alasan untuk percaya bahwa sebagian besar dari
kebutuhannya dapat dipenuhi. Kajian dan penguatan guru, orang tua dan teman
seusia berpengaruh terhadap motivasi dan perilaku.
Insentif dan hadiah material
kadang-kadang berguna dalam situasi kelas, memang ada bahayanya bila anak
bekerja karena ingin mendapat hadiah dan bukan karena ingin belajar. Kompetisi
dan insentif bisa efektif dalam memberi motivasi, tapi bila kesempatan untuk
menang begitu kecil kompetisi dapat mengurangi motivasi dalam mencapai tujuan.
Sikap yang baik untuk belajar dapat
dicapai oleh kebanyakan individu dalam suasana belajar yang memuaskan, serta proses
belajar dan kegiatan yang dikaitkan kepada minat pelajar saat itu dapat
mempertinggi motivasi.
2.2.3. Prinsip Persepsi
Seseorang cenderung untuk percaya sesuai
dengan bagaimana ia memahami situasi”. Persepsi adalah interpretasi tentang
situasi yang hidup. Setiap individu melihat dunia dengan caranya sendiri yang
berbeda dari yang lain. Persepsi ini mempengaruhi perilaku individu. Seseorang
guru akan dapat memahami murid-muridnya lebih baik bila ia peka terhadap
bagaimana cara seseorang melihat suatu situasi tertentu.
Berkenaan dengan
persepsi ini ada beberapa hal-hal penting yang harus kita perhatikan:
1.
Setiap pelajar melihat dunia berbeda satu dari yang
lainnya karena setiap pelajar memiliki lingkungan yang berbeda. Semua siswa tidak dapat melihat
lingkungan yang sama dengan cara yang sama.
2.
Seseorang
menafsirkan lingkungan sesuai dengan tujuan, sikap, alasan, pengalaman,
kesehatan, perasaan dan kemampuannya.
3.
Cara
bagaimana seseorang melihat dirinya berpengaruh terhadap perilakunya. Dalam
sesuatu situais seorang pelajar cenderung bertindak sesuai dengan cara ia
melihat dirinya sendiri.
4.
Para
pelajar dapat dibantu dengan cara memberi kesempatan menilai dirinya sendiri.
Guru dapat menjadi contoh hidup. Perilaku yang baik bergantung pada persepsi
yang cermat dan nyata mengenai suatu situasi. Guru dan pihak lain dapat
membantu pelajar menilai persepsinya.
5.
Persepsi
dapat berlanjut dengan memberi para pelajar pandangan bagaimana hal itu dapat
dilihat .
6.
Kecermatan persepsi harus sering dicek. Diskusi kelompok dapat dijadikan sarana
untuk mengklasifikasi persepsi mereka.
7. Tingkat perkembangan dan pertumbuhan para
pelajar akan mempengaruhi pandangannya terhadap dirinya.
2.2.4. Prinsip Tujuan
“ Tujuan harus tergambar jelas dalam
pikiran dan diterima oleh para pelajar pada saat proses belajar terjadi”.
Tujuan ialah sasaran khusus yang hendak dicapai oleh seseorang dan mengenai
tujuan ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Tujuan seyogianya mewadahi kemampuan yang
harus dicapai.
2.
Dalam menetapkan tujuan seyogianya mempertimbangkan
kebutuhan individu dan masyarakat
3.
Pelajar akan dapat menerima tujuan yang dirasakan akan
dapat memenuhi kebutuhannya.
4.
Tujuan guru dan murid seyogianya sesuai
5.
Aturan-aturan atau ukuran-ukuran yang ditetapkan oleh
masyarakat dan pemerintah biasanya akan
mempengaruhi perilaku.
6.
6.Tingkat keterlibatan pelajar secara aktif mempengaruhi
tujuan yang dicanangkannya dan yang dapat ia capai.
7. Perasaan pelajar mengenai manfaat dan
kemampuannya dapat mempengaruhi perilaku. Jika ia gagal mencapai tujuan ia akan
merasa rendah diri atau prestasinya menurun.
8. Tujuan harus ditetapkan dalam rangka
memenuhi tujuan yang nampak untuk para pelajar. Karena guru harus dapat
merumuskan tujuan dengan jelas dan dapat diterima para pelajar.
2.2.5. Prinsip Perbedaan Individual
Proses belajar bercorak ragam bagi setiap
orang proses pengajaran seyogianya memperhatikan perbedaan indiviadual dalam
kelas sehingga dapat memberi kemudahan pencapaian tujuan belajar yang
setinggi-tingginya. Pengajaran yang hanya memperhatikan satu tingkatan sasaran
akan gagal memenuhi kebutuhan seluruh siswa. Karena itu seorang guru perlu
memperhatikan latar belakang, emosi, dorongan dan kemampuan individu dan
menyesuaikan materi pelajaran dan tugas-tugas belajar kepada aspek-aspek
tersebut.
Berkenaan dengan perbedaan individual ada
beberapa hal yang perlu diingat para pelajar harus dapat dibantu dalam memahami
kekuatan dan kelemahan dirinya dan selanjutnya mendapat perlakuan dan pelayanan
kegiatan, tugas belajar dan pemenuhan kebutuhan yang berbeda-beda.
Para pelajar perlu mengenal potensinya dan
seyogianya dibantu untuk merenncanakan dan melaksanakan kegiatannya sendiri, Para
pelajar membutuhkan variasi tugas, bahan dan metode yang sesuai dengan tujuan ,
minat dan latarbelakangnya.
Pelajar cenderung memilih pengalaman
belajar yang sesuai dengan pengalamannya masa lampau yang ia rasakan bermakna
untuknya. Setiap pelajar biasanya memberi respon yang berbeda-beda karena
memang setiap orang memiliki persepsi yang berbeda mengenai pengalamannya.
Kesempatan-kesempatan yang tersedia untuk
belajar lebih diperkuat bila individu tidak merasa terancam lingkungannya,
sehingga ia merasa merdeka untuk turut ambil bagian secara aktif dalam kegiatan
belajar. Manakala para pelajar memiliki kemerdekaan untuk berpikir dan berbuat
sebagai individu, upaya untuk memecahkan masalah motivasi dan kreativitas akan
lebih meningkat.
Pelajar yang didorong untuk mengembangkan
kekuatannya akan mau belajar lebih giat dan sungguh-sungguh. Tetapi sebaliknya
bila kelemahannya yang lebih ditekankan maka ia akan menunjukkan ketidakpuasannya
terhadap belajar.
2.2.6. Prinsip Transfer dan Retensi
“Belajar dianggap bermanfaat bila
seseorang dapat menyimpan dan menerapkan hasil belajar dalam situasi baru”. Apa
pun yang dipelajari dalam suatu situasi pada akhirnya akan digunakan dalam situasi
yang lain. Proses tersebut dikenal dengan proses transfer, kemampuan seseorang
untuk menggunakan lagi hasil belajar disebut retensi. Bahan-bahan yang
dipelajari dan diserap dapat digunakan oleh para pelajar dalam situasi baru.
Berkenaan dengan proses transfer dan
retensi ada beberapa prinsip yang harus kita ingat. Tujuan belajar dan daya
ingat dapat memperkuat retensi. Usaha yang aktif untuk mengingat atau
menugaskan sesuatu latuhan untuk dipelajari dapat meningkatkan retensi.
Bahan
yang bermakna bagi pelajar dapat diserap lebih baik.
Retensi seseorang dipengaruhi oleh
kondisi fisik dan psikis dimana proses belajar itu terjadi. Karena itu latihan
seyogianya dilakukan dalam suasana yang nyata.
Latihan yang terbagi-bagi memungkinkan
retensi yang baik. Suasana belajar yang dibagi ke dalam unit-unit kecil waktu
dapat menghasilkan proses belajar dengan retensi yang lebih baik daripada
proses belajar yang berkepanjangan. Waktu belajar dapat ditentukan oleh
struktur-struktur logis dari materi dan kebutuhan para pelajar.
Penelaahan bahan-bahan yang faktual,
keterampilan dan konsep dapat meningkatkan retensi dan nilai transfer.
Proses belajar cenderung terjadi bila
kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat memberikan hasil yang memuaskan.
Sikap pribadi, perasaan atau suasana
emosi para pelajar dapat menghasilkan proses pelupaan hal-hal tertentu. Karena
itu bahan-bahan yang tidak disepakati tidak akan dapat diserap sebaik
bahan-bahan yang menyenangkan.
Proses saling mempengaruhi dalam belajar
akan terjadi bila bahan baru yang sama dipelajari mengikuti bahan yang lalu.
Kemungkinan lupa terhadap bahan yang lama dapat terjadi bila bahan baru yang
sama yang dituntut, pengetahuan tentang konsep, prinsip dan generalisasi dapat
diserap dengan baik dan dapat diterapkan lebih berhasil dengan cara
menghubung-hubungkan penerapan prinsip yang dipelajari dan dengan memberikan
illustrasi unsur-unsur yang serupa.
Transfer hasil belajar dalam situasi baru
dapat lebih mendapat kemudahan bila hubungan-hubungan yang bermanfaat dalam situasi
yang khas dan dalam situasi yang agak sama dibuat.
Tahap akhir proses seyogyanya memasukkan
usaha untuk menarik generalisasi, yang pada gilirannya nanti dapat lebih
memperkuat retensi dan transfer.
2.2.7. Prinsip Belajar Kognitif
Belajar kognitif melibatkan proses
pengenalan dan atau penemuan, belajar kognitif mencakup asosiasi antar unsur,
pembentukan konsep, penemuan masalah, dan keterampilan memecahkan masalah yang
selanjutnya membentuk perilaku baru, berpikir, menalar, menilai dan
berimajinasi merupakan aktivitas mental yang berkaitan dengan proses belajar
kognitif. Proses belajar itu dapat terjadi pada berbagai tingkat kesukaran dan
menuntut berbagai aktivitas mental.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam belajar kognitif.
1. Perhatian harus dipusatkan kepada
aspek-aspek lingkungan yang relevan sebelum proses-proses belajar kognitif
terjadi. Dalam hubungan ini pelajar perlu mengarahkan perhatian yang penuh agar
proses belajar kognitif benar-benar terjadi.
2. Hasil belajar kognitif akan bercariasi
sesuai dengan taraf dan jenis perbedaan individual yang ada.
3. Bentuk-bentuk kesiapan perbendaharaan
kata, kemampuan membaca, kecakapan dan pengalaman berpengaruh langsung terhadap
proses belajar kognitif.
4. Pengalaman belajar harus diorganisasikan
ke dalam satuan-satauan atau unit-unit yang sesuai.
5. Bila menyajikan konsep, kebermaknaan dari
konsep amatlah penting . Perilaku mencari, penerapan, pendefinisian resmi dan
penilaian sangat diperlukan untuk menguji bahwa suatu konsep benar-benar
bermakna.
6. Dalam pemecahan masalah para pelajar
harus dibantu untuk mendefinisikan dan membatasi lingkup masalah, menemukan
informasi yang sesuai, menafsirkan dan menganalisis masalah dan memungkinkan
berpikir menyebar (divergent thinking).
7. Perhatian terhadap proses mental yang
lebih daripada terhadap hasil kognitif dan afektif akan lebih memungkinkan
terjadimya proses pemecahan masalah, analisis, sintesis dan penalaran.
2.2.8. Prinsip Belajar Afektif
Proses belajar afektif seseorang menentukan
bagaimana ia menghubungkan dirinya dengan pengalaman baru, belajar afektif
mencakup nilai emosi, dorongan, minat dan sikap. Dalam banyak hal pelajar
mungkin tidak menyadari belajar afektif. Sesungguhnya proses belajar afektif
meliputi dasar yang asli untuk dan merupakan bentuk dari sikap, emosi dorongan,
minat dan sikap individu.
Berkenaan dengan hal-hal tersebut diatas,
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses belajar afektif hampir
semua aspek kehidupan mengandung aspek afektif. Hal bagaimana para pelajar
menyesuaikan diri dan memberi reaksi terhadap situasi akan memberi dampak dan
pengaruh terhadap proses belajar afektif.
Suatu waktu, nilai-nilai yang penting
yang diperoleh pada masa kanak-kanak akan melekat sepanjang hayat. Nilai, sikap
dan perasaan yang tidak berubah akan tetap melekat pada keseluruhan proses
perkembangan.
Sikap dan nilai sering diperoleh melalui
proses identifikasi dari orang lain dan bukan hasil dari belajar langsung sikap
lebih mudah dibentuk karena pengalaman yang menyenangkan. Nilai-nilai yang ada
pada diri individu dipengaruhi oleh standar perilaku kelompok proses belajar di
sekolah dan kesehatan mental memiliki hubungan yang erat. Pelajar yang memiliki
kesehatan mental yang baik akan dapat belajar lebih mudah daripada yang
memiliki masalah.
Belajar afektif dapat dikembangkan atau
diubah melalui interaksi guru dengan kelas pelajar dapat dibantu agar lebih
matang dengan cara membantu mereka mengenal dan memahami sikap, peranan dan
emosi. Penghargaan terhadap sikap, perasaan dan frustasi sangat perlu untuk
membantu pelajar memperoleh pengertian diri dan kematangannya.
2.2.9. Proses Belajar Psikomotor
Proses belajar psikomotor individu
menentukan bagaimana ia mampu mengendalikan aktivitas ragawinya belajar
psikomotor mengandung aspek mental dan fisik. Berkenaan dengan hal itu ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan didalam tugas suatu kelompok akan
menunjukkan variasi dalam kemampuan dasar psikomotor perkembangan psikomotor
anak tertentu terjadi tidak beraturan struktur ragawi dan sistem syaraf individu
membantu menentukan taraf penampilan psikomotor melalui bermain dan aktivitas
nonformal para pelajar akan memperoleh kemampuan mengontrol gerakannya lebih
baik.
Dengan kematangan fisik dan mental
kemampuan pelajar untuk memadukan dan memperhalus gerakannya akan lebih dapat
diperkuat, Faktor lingkungan memberi pengaruh terhadap bentuk dan cdakupan
penampilan psikomotor individu penjelasan yang baik, demonstrasi dan
partisipasi aktif pelajar dapat menambah efisiensi belajar psikomotor, latihan
yang cukup yang diberi dalam rentan waktu tertentu dapat membantu proses
belajar psikomotor latihan yang bermakna seyogianya mencakup semua urutan
lengkap aktivitas psikomotor dan tempo tidak bisa hanya didasarkan pada faktor
waktu semata-mata tugas-tugas psikomotor yang terlalu sukar bagi pelajar dapat
menimbulkan frustasi (keputusasaan) dan kelelahan yang lebih cepat.
2.2.10. Prinsip Evaluasi
Jenis cakupan dan validitas evaluasi
dapat mempengaruhi proses belajar saat ini dan selanjutnya pelaksanaan latihan
evaluasi memungkinkan bagi individu untuk menguji kemajuan dalam pencapaian
tujuan. Penilaian individu terhadap proses belajarnya dipengaruhi oleh
kebebasan untuk menilai. Evaluasi mencakup kesadaran individu mengenai
penampilan, motivasi belajar dan kesiapan untuk belajar individu yang
berinteraksi dengan yang lain pada dasarnya ia mengkaji pengalaman belajarnya
dan hal ini pada gilirannya akan dapat meningkatkan kemampuannya untuk menilai
pengalamannya berkenaan dengan evaluasi ini ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan.
Evaluasi memberi arti pada proses belajar
dan memberi arah baru pada pelajar bila tujuan dikaitkan dengan evaluasi maka
peran evaluasi begitu penting bagi pelajar.
Latihan penilaian guru dapat mempengaruhi
bagaimana pelajar terlibat dalam evaluasi dan belajar evaluasi terhadap
kemajuan pencapaian tujuan akan lebih mantap bila guru dan murid saling
bertukar dan menerima pikiran, perasaan dan pengamatan kekurangan atau
ketidaklengkapan evaluasi dapat mengurangi kemampuan guru dalam melayani
muridnya sebaliknya evaluasi yang menyeluruh dapat memperkuat kemampuan pelajar
untuk menilai dirinya, jika tekanan evaluasi guru diberikan terus menerus
terhadap penampilan siswa, pola ketergantungan penghindaran dan kekerasan akan
berkembang kelompok teman sebaya berguna dalam evaluasi.
2.3.
Metode Pembelajaran
Metode atau Strategi merupakan usaha
untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam dunia
pendidikan strategi dapat diartikan sebagai a plan, method, or series of
activities designed to achieves a particular educational goal (J. R. David,
1976). Sedangkan menurut kamus Purwadarminta (1976), secara umum metode adalah
cara yang telah teratur dan terpikir baik – baik untuk mencapai suatu maksud.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara kerja yang
bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan. Metode berasal dari bahasa Inggris yaitu Method artinya melalui,
melewati, jalan atau cara untuk memperoleh sesuatu. Strategi pembelajaran dapat
diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang
didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran
merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan
pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun
untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini adalah tujuan pembelajaran.
Metode Pembelajaran merupakan cara
melakukan atau menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan isi
pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Dapat dikatakan metode
pembelajaran merupakan bagian dari strategi instruksional. Tetapi tidak semua
metode pembelajaran sesuai digunakan untuk mencapai
tujuan pembelajaran tertentu. Penulisan
mengenai metode di bawah ini tidak mengikuti suatu urutan tertentu, tetapi
dilakukan secara acak. Diungkapkan pula kapan baiknya metode tersebut
dilaksanakan serta keunggulan dan kekurangan metode tersebut.
Berikut adalah macam – macam metode yang
diterapkan dalam pembelajaran :
2.3.1. Metode Pembelajaran Ceramah
Metode
pembelajaran ceramah
adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran kepada sekelompok
pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif
besar. Seperti ditunjukkan oleh Mc Leish (1976), melalui ceramah, dapat dicapai
beberapa tujuan. Dengan metode ceramah, guru dapat mendorong timbulnya
inspirasi bagi pendengarnya gage dan Berliner (1981:457), menyatakan metode
ceramah cocok untuk digunakan dalam pembelajaran dengan ciri-ciri tertentu.
Ceramah cocok untuk penyampaian bahan belajar yang berupa informasi dan jika
bahan belajar tersebut sukar didapatkan.
2.3.2. Metode
Diskusi
Metode
pembelajaran diskusi
adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan
pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara
mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran
yang bersifat interaktif (Gagne & Briggs. 1979: 251).
Menurut
Mc. Keachie-Kulik dari hasil penelitiannya, dibanding metode ceramah, metode
diskusi dapat meningkatkan anak dalam pemahaman konsep dan keterampilan
memecahkan masalah. Tetapi dalam transformasi pengetahuan, penggunaan metode
diskusi hasilnya lambat dibanding penggunaan ceramah. Sehingga metode ceramah
lebih efektif untuk meningkatkan kuantitas pengetahuan anak dari pada metode
diskusi.
2.3.3.
Metode Demonstrasi
Metode
pembelajaran demontrasi
merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif untuk menolong siswa mencari
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti: Bagaimana cara mengaturnya?
Bagaimana proses bekerjanya? Bagaimana proses mengerjakannya. Demonstrasi sebagai
metode pembelajaran adalah bilamana seorang guru atau seorang demonstrator
(orang luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa memperlihatkan kepada
seluruh kelas sesuatau proses. Misalnya bekerjanya suatu alat pencuci otomatis,
cara membuat kue, dan sebagainya.
2.3.4.
Metode Ceramah Plus
Metode Pembelajaran Ceramah Plus adalah metode pengajaran yang
menggunakan lebih dari satu metode yakni metode ceramah yang dikombinasikan
dengan metode lainnya ada tiga macam metode ceramah plus diantaranya yaitu:
a) Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas
b) Metode ceramah plus diskusi dan tugas
c) Metode ceramah plus demonstrasi dan
latihan (CPDL)
2.3.5.
Metode Resitasi
Metode
Pembelajaran Resitasi
adalah suatu metode pengajaran dengan mengharuskan siswa membuat resume dengan
kalimat sendiri.
2.3.6.
Metode Eksperimental
Metode
pembelajaran eksperimental
adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana siswa melakukan aktivitas
percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya.
Dalam metode ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan
sendiri dengan mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis,
membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang obyek yang dipelajarinya.
2.3.7.
Metode Study Tour (Karya wisata)
Metode
study tour Study tour (karya wisata) adalah metode mengajar dengan mengajak
peserta didik mengunjungi suatu objek guna memperluas pengetahuan dan
selanjutnya peserta didik membuat laporan dan mendiskusikan serta membukukan
hasil kunjungan tersebut dengan didampingi oleh pendidik.
2.3.8.
Metode Latihan Keterampilan
Metode
latihan keterampilan (drill method) adalah suatu metode mengajar dengan memberikan pelatihan
keterampilan secara berulang kepada peserta didik, dan mengajaknya langsung
ketempat latihan keterampilan untuk melihat proses tujuan, fungsi, kegunaan dan
manfaat sesuatu (misal: membuat tas dari mute). Metode latihan keterampilan ini
bertujuan membentuk kebiasaan atau pola yang otomatis pada peserta didik.
2.3.9.
Metode Pengajaran Beregu
Metode
pembelajaran beregu
adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih dari satu orang yang
masing-masing mempunyai tugas.Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk sebagai
kordinator. Cara pengujiannya,setiap pendidik membuat soal, kemudian digabung.
Jika ujian lisan maka setiapsiswa yang diuji harus langsung berhadapan dengan
team pendidik tersebut.
2.3.10.
Peer Theaching Method
Metode
Peer Theaching sama
juga dengan mengajar sesama teman, yaitu suatu metode mengajar yang dibantu
oleh temannya sendiri.
2.3.11.
Metode Pemecahan Masalah (problem solving method)
Metode
problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekadar metode mengajar,
tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebabdalam problem solving dapat
menggunakan metode-metode lainnya yang dimulaidengan mencari data sampai pada
menarik kesimpulan metode problem solving merupakan metode yang merangsang
berfikir danmenggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang
disampaikan olehsiswa. Seorang guru harus pandai-pandai merangsang siswanya
untuk mencobamengeluarkan pendapatnya.
2.3.12.
Project Method
Project
Method adalah
metode perancangan adalah suatu metode mengajar dengan meminta peserta didik
merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian.
2.3.13.
Taileren Method
Teileren
Method yaitu suatu
metode mengajar dengan menggunakan sebagian-sebagian misalnya ayat per ayat
kemudian disambung lagi dengan ayat lainnya yang tentu saja berkaitan dengan
masalahnya.
2.3.14.
Metode Global (ganze method)
Metode
Global yaitu suatu
metode mengajar dimana siswa disuruh membaca keseluruhan materi, kemudian siswa
meresume apa yang dapat mereka serap atau ambil intisaridari materi tersebut.
2.4.
Kelebihan dan
Kelemahan dari Sistem Pembelajaran
Pembelajaran
memiliki kelebihan yaitu sebagai berikut :
1.
Pengalaman dan kegiatan belajar peserta didik akan selalu
relevan dengan tingkat perkembangan anak.
2.
Kegiatan yang dipilih dapat disesuaikan dengan minat dan
kebutuhan peserta didik.
3.
Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi peserta
didik sehingga hasil belajar akan dapat bertahan lebih lama.
4. Pembelajaran
dapat menumbuhkembangkan keterampilan berpikir dan sosial peserta didik.
5. Pembelajaran
menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis dengan permasalahan yang sering
ditemui dalam kehidupan/lingkungan riil peserta didik.
6. Jika
pembelajaran dirancang bersama, dapat meningkatkan kerja sama antar guru bidang
kajian terkait, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik,
peserta didik/guru dengan nara sumber; sehingga belajar lebih menyenangkan,
belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna.
Di
samping ada kelebihan di atas, pembelajaran memiliki kelemahan, terutama dalam
pelaksanaannya, yaitu pada perancangan dan pelaksanaan evaluasi yang lebih
banyak menuntut guru untuk melakukan evaluasi proses, dan tidak hanya evaluasi
dampak pembelajaran langsung saja. Puskur, Balitbang Diknas mengidentifikasi
beberapa kelemahan pembelajaran antara lain dapat ditinjau dari beberapa aspek,
yaitu sebagai berikut :
1.
Aspek Guru
Guru harus
berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang
handal, rasa percaya diri yang tinggi dan berani mengemas dan mengembangkan
materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca
buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu
saja.
2.
Aspek Peserta Didik
Pembelajaran memerlukan
bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin
juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah
pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan
pembelajaran juga akan terlambat.
3.
Aspek Kurikulum
Kurikulum harus
luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan
pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi
kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan
pembelajaran peserta didik.
4. Aspek
Penilaian
Pembelajaran
memerlukan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan
keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang
dipadukan.
5. Aspek
Suasana Pembelajaran
Pembelajaran
berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan ‘tenggelam’nya
bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat mengerjakan sebuah tema, maka
guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan tersebut
sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru itu
sendiri.
2.5. Pentingnya
Pembelajaran Diterapkan Di setiap tingkatan pendidikan
Piaget mengemukakan
bahwa perkembangan intelektual anak meliputi tahapan:
a)
sensori-motor,
b)
pra operasional,
c)
operasional konkrit,
d)
operasional formal.
Perkembangan fisik
tidak bisa dipisahkan dari perkembangan mental, sosial, dan emosional ataupun
sebaliknya, dan perkembangan itu akan terpadu dengan pengalaman, kehidupan, dan
lingkungannya.
Merujuk pada
teori-teori belajar, di antaranya teori Piaget, maka dalam pembelajaran di
jenjang kelas rendah hendaknya kita menggunakan pendekatan yang berorientasi
pada kebutuhan perkembangan anak (DAP atau Developmentally
Appropiate Practice). Penggunaan pendekatan DAP ini mengacu pada
beberapa asas yang harus diperhatikan oleh guru, yaitu:
- asas kedekatan, pembelajaran dimulai dari yang dekat dan dapat dijangkau oleh anak,
- asas faktual, pembelajaran hendaknya menapak pada hal-hal yang faktual (konkrit) mengarah pada konseptual (abstrak),
- asas holistik dan integratif, pembelajaran hendaknya tidak memilah-milah topik pelajaran, guru harus memikirkan segala sesuatu yang akan dipelajari anak sebagai suatu kesatuan yang utuh dan terpadu,
- asas kebermaknaan, pembelajaran hendaknya penuh makna dengan menciptakan banyak proses manipulatif sambil bermain.
Model pembelajaran dapat
diterapkan di setiap tingkatan pendidikan karena pada hakikatnya model
pembelajaran ini merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan
peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali,
dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik.
Pembelajaran sangat memperhatikan
kebutuhan warga belajar sesuai dengan perkembangannya yang holistik dengan
melibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran baik fisik maupun
emosionalnya. Untuk itu aktivitas yang diberikan meliputi aktif mencari, mrenggali,
dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan yang holistik, bermakna, dan
otentik sehingga warga belajar dapat menerapkan perolehan belajar untuk
memecahkan masalah-masalah yang nyata di dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran
menekankan integrasi berbagai aktivitas
untuk mengeksplorasi objek, topik, atau tema yang merupakan kejadian-kejadian,
fakta, dan peristiwa yang otentik. Pelaksanaan pembelajaran pada dasarnya agar kurikulum
itu bermakna. Hal ini dimaksudkan agar bahan ajar tidak digunakan secara
terpisah-pisah, tetapi merupakan suatu kesatuan bahan yang utuh dan cara
belajar yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan warga belajar.
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Metode pembelajaran merupakan rencana
tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan
berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk
mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini adalah tujuan pembelajaran.
Dari semua metode mengajar yang telah
disebutkan di atas memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Suatu metode
akan cocok diterapkan dalam suatu suasana belajar mengajar apabila metode
tersebut cocok dengan suasana yang sedang berlangsung, sesuai dengan kondisi
yang sedang dialami oleh peserta didik. Tidak ada metode yang paling baik yang
ada hanyalah bagaimana cara seorang pendidik mampu melihat kondisi anak
didiknya untuk menerapkan metode mengajar yang paling cocok untuk peserta
didiknya.
B. Saran
Masalah pembelajaran yang dihadapi para
pendidik saat ini semakin kompleks. Untuk itu para pendidik khususnya para guru
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam menciptakan
dan mengembangkan model-model pembelajaran, agar dapat menunjang terciptanya
proses belajar mengajar di kelas yang lebih bermakna dan menyenangkan bagi
peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
1.
http://meilanikasim.wordpress.com/2011/04/20/makalah-pembelajaran-terpadu/
2. http://umum.kompasiana.com/2009/06/08/macam-macam-metode-pembelajaran/
3.
http://fandy-trk.blogspot.com/2010/01/panduan-membuat-rpp-rencana-pelaksanaan.html
4.
http://anrusmath.wordpress.com/2008/08/16/pengembangan/
5. Referensi :
Rothwell, A.B., Learning Principles, dalam
Clark L.H. Strategies and Tactics in secondary School Teaching: A Book of Readings,
Toronto: the Mac Millan, Co., 1968.
http://jeperis.wordpress.com/2009/01/21/prinsip-prinsip-belajar-dan-pembelajaran/
6. Tim D II PGSD.
2007. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta : UNS Perss.
Gulo ,W . 2002 . Strategi Belajar Mengajar .
Jakarta : Grasindo.
Hamalik, Oemar. 1990. Metode Belajar dan
Kesulitan-Kesulitan Belajar.
Bandung: Tarsito
Uno, B. Hamzah. 2006. Perencanaan
Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Karo – Karo, Ulihbukit . 1981 .Metodologi
Pengajaran.Salatiga:CV Saudara.
N.K. Roestiyah. 1991 . Strategi Belajar
Mengajar . Jakarta : Rineka Cipta
Sudjana, Nana. 1989 . Dasar – dasar Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Joyce Bruce. Et al. 2000. Models of
Teaching. 6th Ed. Allyn & Bacon: London
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran.
Jakarta: Media Prenada
Yamin, Martinis.2003.MetodePembelajaran yang
Berhasil. Jakarta:Sasana Mitra Suksesa.
http://id.wordpress.com/
http://sutisna.com/
http://firstiawan.tk
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/pengertian-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran/
http://www.muhfida.com/model-model pembelajaran.html
http://sucipto.guru.fkip.uns.ac.id/2009/11/26/metode-belajar/
http://naidra.student.fkip.uns.ac.id/metode-metode-dalam-mengajar-pembelajaran/